Take a fresh look at your lifestyle.

Grebeg Sudiro, Saat Keindahan Dua Budaya Itu Bertaut

124

Kota Solo Terkini –
Grebeg Sudiro, Saat Keindahan Dua Budaya Itu Bertaut

Halo wong solo pengunjung setia KotaSoloID, Pada berita yang akan kalian baca kali ini adalah
Grebeg Sudiro, Saat Keindahan Dua Budaya Itu Bertaut , kami telah mempersiapkan berita dari berbagai sumber ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan kali ini
Grebeg Sudiro, Saat Keindahan Dua Budaya Itu Bertaut , yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Seorang pemuda tampak aktif mengambil gambar foto dan video dengan kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) di tangannya, di tengah keramaian malam Grebeg Sudiroprajan 2023 di kawasan Pasar Gede, Solo. Segala sudut diambilnya, seperti gemerlap lampion merah dan kuning yang tergantung di atas jalan kawasan Pasar Gede di ruas Jalan Urip Sumoharjo hingga depan Balai Kota Solo di Jalan Jenderal Sudirman. Grebeg Sudiro memang menjadi salah satu rangkaian setiap Perayaan Imlek di Solo, sehingga bertebaran hiasan lampu lampion nan indah.

 

Seiring dengan meredanya kasus Covid-19, Grebeg Sudiro tahun ini tampak berbeda. Jembatan Kali Pepe yang berada tak jauh dari Tugu Jam Pasar Gede, dihiasi gemerlap ratusan lampion kuning dan merah yang sangat indah di malam hari. Setiap perhelatan Grebeg Sudiro, Kali Pepe yang biasa digunakan sebagai wahana perahu sungai, kini wahana itu kembali digelar. Kemilau  puluhan lampion menyinari air kali, dimanfaatkan anak-anak muda untuk ber-swafoto berlomba meng-upload di akun sosial media masing-masing.

 

Dalam tradisi jawa, Grebeg bermakna perayaan rutin dan ucapan syukur dalam memperingati suatu peristiwa penting. Di Solo, perayaan Grebeg sudah hidup cukup lama dalam tradisi Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam setiap penyelenggaraan Grebeg, sebagai salah satu penanda khasnya adalah munculnya gunungan atau tumpeng yang biasanya berisi hasil bumi dan jajanan lokal.

 

Sementara Sudiro merupakan nama yang diambil dari sebuah kampung bernama Kampung Sudiroprajan yang berada di sekitar kawasan Pasar Gede. Grebeg Sudiro adalah perayaan grebeg yang menjadi penanda akulturasi etnis Jawa dan Tionghoa di Kampung Sudiroprajan itu sendiri. Terdapat sumber yang mengatakan, Tradisi Grebeg Sudiro semula untuk memperingati ulang tahun Pasar Gede Hardjonagoro setiap tanggal 12 Januari. Perayaan Grebeg Sudiro digagas oleh warga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang tinggal di kawasan Kampung Sudiroprajan.

 

 

Lantaran memiliki semangat mengusung kebhinnekaan dan keberagaman, maka Pemerintah Kota Solo mendukung menjadi perayaan rutin tahunan. Grebeg Sudiro sendiri memiliki dua kegiatan pokok yaitu sedekah bumi dan kirab budaya. Sedekah bumi merupakan bentuk rasa syukur para pedagang di Pasar Gede dan masyarakat sekitar dan Kirab Budaya dimaknai sebagai kerukunan dua etnis yaitu Tionghoa dan Jawa. Tentu yang ditampilkan dalam kirab budaya seperti tarian khas Jawa serta perform Liong dan Barongsai.

 

Kelurahan Sudiroprajan merupakan wilayah perkampungan yang masuk dalam Kecamatan Jebres, Solo. Kampung ini akrab disebut Kampung Pecinan, sebab banyaknya etnis Tionghoa bermukim di sana. Kelurahan Sudiroprajan wilayahnya mencakup Kampung Kepanjen, Balong, Mijen, Ngampil, Samaan, Ketandan, Limolasan, dan Balong Lengkong.

 

Kampung-kampung yang tersebar di kawasan Sudiroprajan, konon sudah ada sejak zaman kolonial Belanda dan berdirinya Keraton Surakarta Hadiningrat. Maka tak heran, pengaruh Jawa dan Tionghoa sudah sangat melebur dan bersatu secara rukun tanpa ada gejolak. Di kawasan itu juga berdiri beberapa situs tua seperti Kelenteng Tien Kok Sie yang diklaim salah satu kelenteng tertua di Indonesia dan menjadi cagar budaya yang harus dilindungi. Situs lain di Kampung Sudiroprajan adalah keberadaan Prasasti Bok Teko yang masih bisa ditemui keberadaannya di Kampung Balong, yang konon kawasan warga etnis Tionghoa tertua di Indonesia.

 

Usai menikmati keindahan pernak-pernik lampion, pemuda tadi menyadari, bahwa Solo memang pantas menyandang sebagai Kota Toleransi. Begitu indah perpaduan budaya Tionghoa dan Jawa hidup rukun di kawasan Kampung Sudiroprajan. Pemuda itu dengan penuh senyum membagikan hasil bidikannya ke akun media sosialnya. Dan di luar dugaan, begitu banyak kawan-kawannya yang tersebar di seluruh Indonesia merespon, ingin sekali berlibur dan mengunjungi Kota Solo. Solo Memang Ngangeni. (DK) 

Sekianlah info update kota solo yang berjudul
Grebeg Sudiro, Saat Keindahan Dua Budaya Itu Bertaut , mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Sampai jumpa di info kota solo yang lainnya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.